Sabtu, 05 September 2015

Cerita Ngasal Tentang 4 September-

Heran.
Entah kenapa definisi 'ulang tahun' berubah seiring bertambahnya usia.
Kalau dulu waktu kecil, yang ada di fikiran kalau disebutkan kata 'ulang tahun' pastilah muncul bayang-bayang balon, kue tart, lilin, kado dan lagu selamat ulang tahun. Duduk diatas kursi dengan gaun pesta dan dikelilingin orang-orang bertopi runcing. Rasanya ulang tahun menjadi hari paling membahagiakan.
Tapi semakin tua, makna ulang tahun berubah menjadi sesuatu yang menakutkan untuk ditunggu. Yang terbayang adalah siraman air parit, lemparan telur busuk ditambah sekarung tepung, dan sederet pernak-pernik menjijikkan lainnya. Belum lagi jika tinggal di asrama atau sejenisnya. Ditinggal lima menit saja, lemari dan tempat tidur bisa jadi sasaran empuk untuk dijadikan percobaan pembuatan kapal pecah. Atau bahkan kapal karam. Dan seperti tidak tahu diri, setelah mereka ngerjain yang ulang tahun habis-habisan, 'traktir' adalah hal yang berikutnya seakan menjadi kewajiban untuk mereka.

Lewat jam duabelas setelah tanggal kalender berganti menjadi 4 September 2015 kemarin, panitia dekorasi RIAB FAIR IV menjadi orang-orang pertama yang ngucapin 'Happy birhtday' untukku. Ya, menjelang RIAB FAIR IV yang akan dilaksanakan kurang dari sepuluh hari lagi, panitia dekorasi rela-relain waktu tidur buat nyiapin dekorasi acara. Kebetulan, malam itu aku ikutan nimbrung dengan niat bantu-bantu walau aku bukan bagian dari panitia dekorasi. And you know? Ipeh, Nahda, Risa, Una, Zahara, Ayu, maksa aku untuk nelan biskuit sebanyak-banyak yang mereka suapin sampe rasanya mulutku overdosis sama biskuit dan aku mau muntah -__- Dan sialnya mereka nggak mau tau. Katanya, ulang tahun adalah satu hari penuh penyiksaan.
Sebelumnya, Nanda-alias Tiffani-alias TM- dengan malu-malu ngantarin aku sebuah kertas yang dilipat segi empat. Yang sayangnya kertas itu nggak bisa aku paparin di layar ini karena pesan-pesan moralnya kelewat mengesankan ._.v . Anak-anak se-departemen OSIS maksa-maksa minta di balenin. Dan sayangnya lagi aku ga punya uang -__-. Heran kan, kenapa orang ulang tahun selalu di jadiin sasaran untuk minta di traktir. Padahal, seharian itu udah di siksa mati-matian.

Seharian di tanggal 4 kemarin rasanya aku jadi orang paling sibuk. Nggak ngerti sibuknya kenapa. Pokoknya sibuk aja. Dan syukur banget aku nggak di kejutkan dengan sederet pernak-pernik menjijikkan ulang tahun. Malamnya lewat jam sebelas, badan rasanya remuk. Balik dari kelas, pengen langsung ke kamar dan udah terbayang pengen lansung tidur. Tapi begitu buka pintu kamar, aku nggak percaya liat pintu-pintu lemari udah pada terbuka dan semuanya kosong. Ya, kosong. Isinya terbang entah kemana. Dilempar keseluruh sudut kamar, dan rasanya lantai kamar tertutup semua sama isi lemari.
Oke. Kata mereka, ini kado. Jadi dengan sabar aku ngeberesin semuanya malam itu juga. Rasanya pengen nangis -__- rencana untuk langsung tidur seketika musnah. Sedih banget liat kawan-kawan sekamar udah pada nyenyak tidur tapi aku masih kayak anak tiri dipaksa tengah malam ngeberesin lemari. Lemari terisi lagi dan jam udah lewat di angka dua belas. Aku jalan ke lamari satu lagi -jadi ceritanya aku punya dua lemari- buat ngambil sikat gigi. Niatnya mau ke kamar mandi dulu sebelum tidur.

Dan rasanya otak aku mendidih. Nggak taunya lemari yang satu lagi itupun diberantakin total. Arggh. Pengen marah, tapi ke siapa? Nggak ada yang ngaku -__-

Selasa, 01 September 2015

Selamat Datang September !

Ada banyak hal yang tertumpuk-tumpuk di kepala.
Ingin dikeluarkan, tapi tertahan di ujung-ujung tangan.
Harusnya malah lebih mudah dimuntahkan,
Tapi selalu terhenti di muka-muka keyboard.
 Tersendat.
Dan memang itu yang selaluterjadi berulang-ulang.
Berulang-ulang.
Hingga saat aku sadar segala hal itu berangsur meninggalkan sudut-sudut kepala,
Barulah ujung-ujung tangan itu tergerak.
Tapi selalu terlambat. Isi kepala sudah lebih dulu ngambek dan tak ingin kembali.

Hari ini permulaan September.
Dan entah kenapa ujung-ujung tangan membujukku untuk menghampiri muka-muka keyboard.
Bergerak-gerak menyuruhku mengisi layar-layar komputer.
Padahal biasanya disuruh pun tak mau.
Yasudahlah. Walau tak jelas.
Yang penting hari ini layar-layar terisi.

Walau tak penting.
Tak apa.
Karena bulan ini spesial -untukku,
Maka setidaknya disambut walau secara tak penting.

Ngomong apa, sih?

-di Lab Komputer
--Dengan setengah bosan menatap monitor dan separuh otak yang serasa meninggalkan tempurung kepala