Rabu, 08 Oktober 2014

Cinderella

"Maukah kau berdansa denganku, tuan putri?"
Pangeran mengulurkan tangannya dengan setengah membungkuk. Cinderella tersenyum. Sambil mengangguk disambutnya uluran tangan sang pangeran.
Semua mata di alun-alun istana terpaku menatap dua pasang kaki itu menari-nari diatas ubin merah. Malam seolah terasa singkat saat dua pasang mata itu bertemu, diiringi musik yang mengalun.
Cinderella tersenyum sepanjang detik. Hingga ia menyadari bahwa jam kerajaan sudah berdentang dua belas kali.
"Maaf, aku harus pergi!" terburu-buru Cinderella berlari meninggalkan alun-alun istana. Sementara pangeran kaget dan terheran-heran menatapnya.
"Tunggu! Siapa namamu?" teriak pangeran. Namun Cinderella terus berlari tanpa menoleh. Karena sebelum ia pergi ke istana, ibu peri mengatakan bahwa lewat jam 12 malam maka seluruh sihir akan hilang.
Hingga saat Cinderella melangkahkan kaki cepatnya menuruni tangga kerajaan, sebelah sepatu kaca yang ia kenakan tertinggal di salah satu anak tangga. Namun sayang, di anak tangga berikutnya, kakinya yang kini tak beralas tersangkut dan membuatnya tersungkur jatuh. Berguling di tangga kerajaan.
Bersamaan dengan itu juga pangeran berhasil menyusulnya. Seluruh mata terpaku. Terdiam. Detak jam istana berhenti, jarum jam menunjuk pukul 12:15. Dan seketika sihir yang tersemat pun menghilang. Cinderella yang terkulai di ujung tangga berubah kembali menjadi sosoknya yang semula.
Pangeran hanya terpaku, menatap tak percaya. Ternyata sejak tadi ia berdansa dengan seorang pembantu yang tengah menyamar.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar